Rangkuman Materi Dasar Dasar Bedah
Triage IGD
- Proses khusus dalam memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan
- Prinsip triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
- MERAH/immediate → Prioritas pertama (area resusitasi), pasien cedera berat mengancam jiwa. Ventilasi setelah airway diposisikan/ RR>30x/menit, CRT>2 detik
- KUNING/urgent → Prioritas kedua (area tindakan), pasien memerlukan tindakan medis dalam 6 jam. Cedera berpotensi mengancam nyawa namun dapat menunggu sampai kondisi stabil dengan penanganan awal
- HIJAU/delayed → Prioritas ketiga (area observasi), pasien cedera minimal, dapat berjalan dan mencari pertolongan, tidak memerlukan penanganan medis segera
- HITAM/unsalvageable → Pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak mungkin diresusitasi/ DOA
Prinsip ATLS
Primary Survey
- Jika pasien tidak sadar → cek kesadaran → minta bantuan → cek nadi karotis selama 10 detik → jika nadi tidak teraba → RJP (prinsip CAB), jika nadi teraba → ABCDE
- A → Airway
- Bebaskan jalan nafas + lindungi C-spine (collar brace)
- Jika pasien dapat bicara (look, listen, feel) → jalan napas aman / paten\
- Jika ada masalah airway → head tilt-chin lift (kontraindikasi curiga trauma cervical) atau jaw thrust (aman curiga trauma cervical) Hambatan pada airway
- Snoring → lidah jatuh → dilakukan OPA (oropharyngeal airway)
- Gargling → cairan → dilakukan suction
- Stridor → penyempitan → dilakukan intubasi
- Periksa trakea apakah ditengah atau tidak
- Periksa apakah ada tidaknya penggunaan otot bantu napas
- B → Breathing
- Cek RR dan saturasi oksigen
- Beri bantuan oskigen → suplementasi oksigen (nasal canule, simple mask, NRM, bagging)
- Periksa apakah ada tanda-tanda pneumothorax (gerakan napas, apakah ada otot bantu napas, pola napas, perkusi, auskultasi)
- C → Circulation
- Cek tekanan darah, denyut nadi dan akral perifer
- Jika ada tanda-tanda syok → hentikan dengan pemberian infus (kristaloid 10-20 cc/kgBB dalam 30 menit)
- Akral → hangat/basah, kering/basah, merah/pucat dan CRT
- D → Disability
- Periksa GCS
- Periksa pupil
- Periksa neurologis (sensorik dan motorik)
- Periksa apakah ada tanda peningkatan TIK
- E → Exposure
- Menilai apakah ada jejas lain pada tubuh
- Buka baju dan celana → cegah hipotermi
Airway
- Head tilt-chin lift (kontraindikasi curiga trauma cervical)
- Tangan yang satu memegang dahi
- Jari-jari dengan tangan yang lainnya diletakkan di bawah mandibular, sambil mengangkat mandibular ke atas sehingga dagu berada di depan
- Jaw thrust
- Memegang angulus mandibular dengan 2 tangan
- Masing-masing 1 tangan pada 1 sisi dan mendorong mandibular ke depan, jempol mendorong ke arah atas/depan
- Pemasangan OPA (oropharyngeal airway)
- Masukkan pipa orofaring dalam posisi menghadap ke belakang ketika masuk mulut lalu ketika sudah mendekati dinding posterior faring putar pipa 1800
- Diukur dari tepi bibir ke tragus
- Kontraindikasi jika masih ada refleks muntah atau GCS > 10
- Pemasangan NPA (nasopharyngeal airway)
- Masukkan pipa nasofaring melalui lubang hidung dengan arah posterior membentuk garis lurus dengan permukaan wajah lalu masukkan secara lembut hingga dasar nasofaring
- Diukur yang mana diameternya sama dengan jari kelingking tangan kanan pasien dan panjangnya dari tragus sampai ujung hidung, ujung NPA mengarah ke lateral hidung
- Dilakukan jika masih ada refleks muntah
- Curiga trauma cervical → ada jejas pada supraclavicula, adanya trauma maksilofasial, adanya penurunan kesadaran akibat trauma, adanya defisit neurologis
Breathing
Pola nafas :
- Cheyne-stokes respiration
- Pola napas bergantian (hiperpneu dan apneu)
- Level kerusakan → hemisfer bilateral
- Hyperventilation (Kusmaul)
- Pola napas cepat dan dalam dengan amplitudo / kedalaman
- nafas yang sama
- Level kerusakan → mesensefalon dan pons superior
- Apneustic breathing
- Pola napas yang dominan apneu
- Level kerusakan → pons tengah
- Cluster breathing
- Pola napas yang berkelompok-kelompok, dimana masing-
- masing kelompok terdiri dari pola napas yang ireguler
- Level kerusakan → pons inferior
- Ataxic breathing
- Pola napas yang sama sekali ireguler, amplitudo dan
- frekuensi tidak jelas
- Level kerusakan → medula oblongata
Circulation
Syok → kegagalam sirkulasi yang menyebabkan perfusi dan penghantaran oksigen di tingkat seluler tidak memadai sehingga kebutuhan metabolisme jaringan tidak terpenuhi dan akhirnya terjadi gangguan fungsi sel, jaringan dan organ
Jenis-jenis syok :
Jenis-jenis syok :
- Syok hipovolemik → disebabkan hilangnya sirkulasi volume intravaskular >20-25% akibat dari perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang ketiga → masalah di cairannya
- Syok kardiogenik → akibat kerusakan primer fungsi atau kapasitas pompa jantung untuk mencukupi volume jantung semenit, berkaitan dengan terganggunya preload, afterload, kontraktilitas, frekuensi atau ritme jantung → masalah di pompanya
- Syok distributif → akibat menurunnya tonus vaskuler mengakibatkan vasodilatasi arterial, penumpukan vena dan redistribusi aliran darah (syok anafilaksis, syok sepsis, dan syok neurogenik) → masalah di pembuluh darahnya
- Syok obstruktif → berkaitan dengan terganggunya mekanisme aliran balik darah karena peningkatan tekanan intratorakal atau terganggunya aliran darah keluar arterial jantung (emboli paru, diseksi aorta, hipertensi pulmonalis dan tamponade jantung) → masalah di tekanannya
Kelas I | Kelas II | Kelas III | Kelas IV | |
---|---|---|---|---|
Kehilangan Darah | <750cc | 750-1500 cc | 1500-2000 cc | >2000 cc |
% Volume Darah | <15% | 15-30% | 30-40% | >40% |
Denyut Nadi | <100 | >100 | >120 | >140 |
Tekanan Darah | Normal | Menurun | Menurun | Menurun |
Tekanan Nadi | Normal atau Naik | Menurun | Menurun | Menurun |
Frekuensi Pernapasan | 14-20 | 20-30 | 30-40 | >35 |
Produksi Urine | >30 | 20-30 | 5-15 | Tidak Berarti |
Status Mental | Sedikit Cemas | Agak Cemas | Cemas, Bingung | Bingung, lesu (letargi) |
Pengganti Cairan | Kristaloid | Kristaloid | Kristaloid & Darah | Kristaloid & Darah |
- Kristaloid → hukum 3:1 → kehilangan 500 cc darah ganti dengan 1500 cc kristaloid
- Darah → hukum 1:1 → kehilangan 500 cc darah ganti dengan 500 cc darah
- Terapi syok hipovolemik
- Bebat lokasi perdarahan
- Arahkan ke posisi trendelenburg → dengan mengangkat kaki darah akan mengalir ke jantung dan otak
- Pasang akses vena 2 line → ukuran besar minimal 16G, vena sentral jika diperlukan
- Resusitasi cairan → RL atau NaCl 0,9% 10-20 cc/kgBB dalam 30 menit lalu observasi
- Pantau urine output → normal 0,5 ml/kgBB/jam (dewasa), 1 ml/kgBB/jam (anak)
- Jika sudah masuk 3000 cc kristaloid → bisa diberikan koloid (tapi hati-hati pemberian koloid)
Disability
- Tentukan tingkat kesadaran dengan GCS
- EYE (maks 4/min 1)
- Spontan membuka mata 4
- Membuka mata saat diajak bicara/sentuhan 3
- Membuka mata saat diberi rangsangan nyeri 2
- Tidak membuka mata 1
- MOTOR (maks 6/min 1)
- Mengikuti perintah 6
- Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) 5
- Withdraw (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus) 4
- Fleksi spontan saat diberikan stimulus nyeri 3
- Ekstensi spontan saat diberi stimulus nyeri 2
- Tidak ada gerakan 1
- VERBAL (maks 5/min 1)
- Orientasi baik 5
- Bingung, bicara kacau, disorientasi tempat dan waktu 4
- Bisa berkata-kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
- Hanya mengerang 2
- Tidak ada suara 1
- Nilai pupil → diameter, isokor/anisokor, reaksi terhadap cahaya (langsung/tidak langsung)
- Menilai tanda lateralisasi (tinggal dominan satu anggota gerak) dan level cedera spinal
Environment
- Buka pakaian penderita dengan cara digunting
- Pasien harus diselimuti untuk mencegah hipotermia
- Lihat bagian tubuh lain selain luka utama, apakah ada jejas atau tidak (sambil logroll)
- Sebelum memasuki secondary survey periksa :
- Monitoring oksigen
- Pasang monitor EKG
- Pasang kateter uretra dan NGT (kecuali jika ada kontraindikasi)
- Pertimbangkan pemeriksaan radiologi
Secondary Survey
- Riwayat AMPLE → Allergy, Medication, Past illness, Last meal, Events
- Pemeriksaan head to toe :
- Kepala dan maksilofasial
- Vertebra servikalis dan leher
- Thorax
- Abdomen
- Perineum/rektum/vagina
- Muskuloskeletal
Pemasangan NGT
- Indikasi
- Memasukkan obat/makanan bagi pasien yang sulit menelan
- Dekompresi cairan lambung
- Bilas lambung pada keracunan (kecuali keracunan korosif)
- Kontraindikasi
- Trauma maksilofasial berat
- Fraktur basis cranii
- Varises esofagus
- Ukuran NGT
- Anak-anak → 10-14 FG
- Dewasa → 16 FG
- Prosedur
- Posisikan pasien bila sadar (setengah berbaring), bila tidak sadar (berbaring, kepala diangkat sedikit)
- Perhatikan cavum nasi apakah tampak polip/benda asing
- Pilih cavum nasi yang akan dimasukkan selang NGT
- Ukur panjang selang (dari prosesus xyphoideus ke tragus lalu ke tip nasal)
- Lubrikasi selang NGT dengan jelly, lalu masukkan selang perlahan ke dalam cavum nasi (masukkan tegak lurus lubangnya atau 900
- jangan mengarah ke atas)
- Dorong selang melewati faring dan epiglottis, bila ada tahanan instruksikan pasien untuk menelan agar epiglottis terbuka
- Lalu dorong hingga memasuki lambung
- Nilai apakah NGT masuk tepat pada lambung dengan isi udara ke dalam spuit 50 cc lalu hembuskan secara cepat ke dalam selang NGT, dengarkan dengan stetoskop yang telah diletakkan pada epigastrium (jika ada suara pada epigastrium → selang sudah masuk ke lambung)
- Fiksasi NGT dengan plester
Pemasangan Kateter Urine
- Indikasi
- Retensi urine
- Monitoring urine output
- Evaluasi urine pada pasien tidak sadar atau terbatas pergerakannya
- Evaluasi urine selama prosedur bedah dan pasca bedah
- Irigasi saluran kemih
- Pengambilan sampel urine
- Kontraindikasi
- Trauma uretra (menetes darah dari meatus uretra)
- Jenis kateter
- Kateter Nelaton → kateter tanpa cabang, untuk mengalirkan urin
- sesaat
- Kateter Folley → kateter dengan 2 cabang, untuk mengalirkan urin
- dalam waktu lama, cabang digunakan untuk pengembangan balon
- Kateter Three Way → kateter dengan 3 cabang, 1 cabang untuk
- mengalirkan urin, 1 cabang untuk mengembangkan balon, dan 1
- cabang untuk irigasi
- Ukuran
- Bayi → 5 Fr
- Anak → 8-12 Fr
- Dewasa → 14-16 Fr
- Prosedur (pada laki-laki)
- Pegang glans penis ke arah atas dengan satu tangan (tangan yang tidak dominan)
- Lakukan desinfektan pada penis dan daerah sekitarnya dengan teknik sirkuler (ulang hingga 2-3 kali)
- Pasang doek steril pada daerah penis
- Cek folley kateter apakah balonnya berfungsi baik atau tidak
- Lubrikasi kateter dari ujung kateter dengan jelly
- Masukkan folley kateter yang telah dihubungkan dengan urine bag ke dalam meatus uretra sedikit demi sedikit
- Setelah folley kateter masuk sebagian besar hingga tersisa bagian percabangan selang kateter → isi aquades steril pada spuit 10 cc (biasanya 10-20 cc) untuk mengembangkan balon kateter
- Tarik perlahan kateter urin hingga terjadi tahanan akibat balon
- Fiksasi kateter urin pada abdomen bawah dengan posisi meatus uretra mengarah ke atas
- Untuk mencabut → lepas plester yang memfiksasi, masukkan spuit kosong ke dalam lubang pengembangan balon kateter → sedot seluruh cairan yang berada dalam balon kateter sambil minta pasien menarik napas lalu keluarkan kateter perlahan dari dalam uretra
Instrumen Bedah
Pisau Bedah
- Fungsi → membuat insisi pada kulit atau jaringan
- Gagang scalpel
- Gagang no. 3 → untuk bisturi yang 10-an dan ganjil
- Gagang no. 4 → untuk bisturi yang 20-an dan genap
- Memegang mata pisau → menggunakan needle holder/klem, jangan memegang mata pisau dengan tangan
- Memegang scalpel → dipegang seperti memegang pisau dapur, ibu jari tangan kiri untuk fiksasi kulit dan jari telunjuk untuk menentukan kedalaman kulit, pisau mengarah ke horizontal
Gunting
- Fungsi → memotong jaringan dan diseksi jaringan secara tumpul
- Jenis gunting
- Gunting benang
- Tipe tumpul dan lancip
- Tipe tumpul dan tumpul
- Tipe lancip dan lancip
- Tipe lurus dan setengah lingkaran
- Gunting jaringan
- Gunting mayo (lurus)
- Gunting metzenbaum (bengkok)
- Memegang gunting → jari tidak boleh masuk lebih dari satu phalanx, dimasukkan pada ibu jari dan jari manis, saat memotong benang gunting harus dimiringkan sehingga dapat terlihat panjang benang yang tertinggal
Klem
- Fungsi → memegang jaringan, diseksi tumpul jaringan dan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan
- Jenis klem
- Pean (tidak bergigi)
- Kocher (bergigi)
- Membuka klem → gerakan yang berlawanan dari ibu jari dan jari tengah
Pinset
- Fungsi → memegang jaringan
- Jenis
- Pinset anatomis (tidak bergigi) → memegang mukosa
- Pinset sirurgis (bergigi) → memegang jaringan subkutis, otot atau
- fascia
- Memegang pinset → prinsipnya perpanjangan dari telunjuk dan ibu jari, biasanya dipegang dengan tangan kiri, pinset disimpan ditangan kiri dengan menjepit menggunakan jari manis dan kelingking
Needle Holder
- Fungsi → memegang jarum
- Prinsip
- Jarum tidak boleh dipegang dengan jari
- Jarum dipegang pada 1/3 pangkal (1-2 mm) dari ujung needle holder
Jarum Jahit dan Benang
- Jenis needle
- Cutting → untuk kulit → bermata tajam
- Round → untuk jaringan lunak bawah kulit (otot) → bermata bulat
- Bahan dasar
- Absorbable → monofilamen (> 6 jahitan, minimal 7 simpul)
- Alami → plain catgut, chromic catgut
- Buatan → polygactin (vicryl, safil, monocryl)
- Non-absorbable → polifilamen (> 3 jahitan, minimal 4 simpul)
- Alami → silk
- Buatan → nylon
Anestesi Lokal
- Anestesi lokal yang digunakan → lidokain 2%
- Infiltrat anestesi → dilakukan secara intrakutan/subkutan dan jangan sampai masuk pembuluh darah
- Rule of three lidokain
- Waktu paruh 30 menit
- Waktu obat mulai bekerja 3 menit
- Dosis maksimal 300 gram (60 cc lidokain) → dewasa
Teknik Penjahitan Luka
- Simple interrupted → penjahitan luka pada umumnya
- Continous suture → satu benang untuk seluruh panjang luka
- Jahitan matras → luka dapat tertutup rapat hingga ke dasar luka
- Jahitan subkutikuler → benang jahit tidak terlihat
- Jahitan dalam → hasil simpul berada di dasar luka
- Figure of eight → menjahit tendon
Simple Interrupted |
Simple Interrupted |
Continous Suture |
Matras Horizontal |
Matras Vertikal |
Jahitan subkutikuler |
Jahitan subkutikuler |
Jahitan dalam |
Figure of eight |
Teknik Ekstraksi Kuku
- Indikasi
- Onikokruptosis (ingrown nail)
- Onikomikosis
- Paronikia kronik dan berulang
- Trauma kuku
- Prosedur
- Menyiapkan alat dan bahan (spuit, lidokain, nail elevator, gunting, karet, klem lurus, alkohol dan kapas, kasa steril, perban dan larutan povidon iodine)
- Cuci tangan dan informed consent
- Desinfeksi kuku dan anestesi lokal (cukup banyak)
- Memasang torniquet pada jari
- Gunakan nail elevator untuk mengangkat bagian kuku yang ingin diekstraksi
- Gunting bagian kuku yang telah diangkat
- Gunakan klem untuk memegang bagian kuku yang akan diekstraksi → lakukan pengangkatan kuku dengan gerakan memutar ke arah medial/lateral
- Lepaskan torniquet, bersihkan bagian atas jari yang kukunya telah diangkat dengan larutan normal saline Letakkan antibiotik ointment diatas luka atau menggunakan kasa yang mengandung antibiotik (sofratulle) → lalu tutup dengan kasa steril Lakukan pembalutan luka
Posting Komentar untuk "Rangkuman Materi Dasar Dasar Bedah"